Toxic Positivity: Ketika “Stay Positive” Malah Jadi Pressure

Toxic Positivity: Ketika “Stay Positive” Malah Jadi Pressure

Kalau kamu sering dengar kata-kata kayak, "Tetap semangat ya!" atau "Ambil sisi positifnya aja," apalagi pas lagi down, kamu nggak sendirian. Kalimat-kalimat itu emang kelihatannya harmless dan niatnya baik. Tapi kadang, justru bisa bikin kamu makin merasa bersalah karena nggak bisa happy terus. Kamu jadi mikir, "Apa aku terlalu drama ya?" atau "Jangan-jangan aku lemah banget?" Padahal, perasaan yang kamu alami itu valid dan normal banget. Maka dari itu, yuk kita bahas mengenai toxic positivity.

Apa itu Toxic Positivity?

Semua orang pernah ngerasain hari buruk, masa-masa penuh tekanan, dan momen di mana senyum itu cuma topeng. Inilah yang disebut toxic positivity, yaitu ketika dorongan untuk selalu positif malah berubah jadi tekanan batin yang nggak sehat. Bukannya ngebantu, justru bisa bikin kamu makin merasa sendirian dan terisolasi. Niatnya sih baik, tapi kalau terus-terusan gini malah bisa bikin seseorang merasa nggak valid untuk merasakan sedih, marah, kecewa, atau capek.

Kenapa Toxic Positivity Bisa Bahaya?

Toxic positivity bisa bikin kita menekan emosi asli yang seharusnya diproses dengan sehat. Kalau terus-terusan disuruh bahagia, kita jadi nggak terbiasa untuk mengakui dan menghadapi rasa sedih atau marah. Padahal, emosi negatif itu penting dan wajar dirasakan. Nggak kalah penting, toxic positivity juga bisa bikin kita merasa bersalah karena nggak bisa terus happy.

Selain itu, terlalu fokus sama hal-hal positif bikin kita kehilangan koneksi sama realita. Hidup itu nggak selalu mulus, dan menerima kenyataan pahit juga bagian dari tumbuh. Terakhir, sikap ini bisa bikin komunikasi sama teman jadi hambar. Kadang, yang dibutuhin cuma didengerin dan ditemenin, bukan diminta buru-buru move on.


Baca juga:

Gimana Cara Menghindarinya?

Mulai dari validasi perasaan diri sendiri dan orang lain. Nggak apa-apa kok merasa sedih, marah, atau kecewa. Coba juga ganti kata-kata positif beracun dengan yang lebih empatik. Jangan merasa bersalah karena nggak happy terus. Kita manusia, bukan robot. Dan terakhir, luangin waktu buat journaling, ngobrol sama teman yang dipercaya, atau me-time buat meresapi emosi dengan sehat.

Penting buat tetap punya pikiran positif, tapi harus seimbang. Positivity yang sehat itu justru datang dari penerimaan dan pengelolaan emosi secara jujur. Jadi, bukannya kita nggak boleh happy, tapi jangan sampai bahagia itu jadi topeng.

Hidup itu naik turun, dan perasaan negatif bukan tanda kelemahan. Justru dari situ kita belajar dan tumbuh. Jadi kalau kamu lagi ngerasa down, capek, atau kosong, pelan-pelan aja. Take your time. Dan kalau kamu butuh ruang buat recharge atau sekadar ngadem dari riuhnya dunia, mampir aja ke Circle K terdekat. Nongkrong sambil minum Iced Coffee Latte atau ngemil Korean Meatsnack Bowl bisa jadi momen healing kecil yang kamu butuhkan. Let’s be real, feel it all, dan nikmati waktu bareng Circle K!

Categories: